
Sekolah merupakan tempat banyak orang beraktivitas, yang menimbulkan produksi sampah dalam jumlah yang cukup banyak. Tanpa pengelolaan yang baik, segala bentuk sampah yang diproduksi oleh manusia dapat berpotensi merusak alam dan merugikan orang lain. Termasuk sampah organik, ia dapat merusak alam dan merugikan orang lain jika tidak dikelola secara baik. Misalnya sampah makanan atau food waste (Iqbal, 2023).
Lebih berbahaya dari food waste adalah plastic waste. Sampah plastik telah menjadi masalah lingkungan yang mendesak secara global, dengan dampak merugikan terhadap ekosistem, kesehatan manusia, dan kesejahteraan sosio-ekonomi (Anokye dkk., 2024). Diperkirakan lebih dari 60 % total produksi sampah plastik dunia dibuang ke tempat sampah setelah pertama kali digunakan, alias mengabaikan prinsip reuse (Kunwar dkk., 2016). Ini menjadi masalah karena sampah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa terurai, sehingga menempati tempat pembuangan sampah dalam jangka waktu yang lebih lama (Nafiu dkk., 2025).
Bagaimana dengan daur ulang? Meski daur ulang sampah plastik berpotensi dapat menekan pencemaran lingkungan, langkah tersebut juga membawa resiko lingkungan dan kesehatan yang juga mengerikan. Ketika seseorang memilah dan mengumpulkan sampah plastik di tempat pembuangan sampah, ia rentan terkena polusi udara, kontaminan, bakteri dan jamur. Hal-hal tersebut dapat menempel pada tubuhnya, kemudian dalam beberapa kasus menular kepada orang lain yang berinteraksi dengannya (Nafiu dkk., 2025). Jadi, langkah terbaik untuk mengurangi resiko merusak alam dan merugikan orang lain adalah mengurangi produksi sampah, khususnya sampah plastik.
Produksi sampah di sekolah boleh jadi tidak sebanyak di industri. Namun demikian, penanaman nilai peduli sampah dan keterampilan mengelola sampah adalah hal esensial dari aktivitas pengelolaan sampah di sekolah. Langkah ini yang dapat merubah perilaku suatu bangsa saat ini dan di masa mendatang.